SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 19 November 2012

HR RY KRISTUS RAJA (B) Minggu 25 Nov 2012



IA ADALAH RAJA SEMESTA ALAM YANG MENJADI RAJA DI HATI SETIAP ORANG

Dan 7:13-14;                 
Why 1:5-8;     
Yoh 18:33b-37

          Hari ini adalah akhir tahun liturgi. Setiap akhir tahun liturgi kita merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Apa makna hari raya ini bagi penghayatan iman kita? Sungguhkah Kristus berkuasa dan pantas menjadi Raja atas alam semesta? Dan apa konsekuensinya manakala kita mengakui Kristus sebagai raja kita?
           Menurut pandangan banyak orang, seorang raja selalu dilihat sebagai seorang yang mempunyai kekuasaan yang luar biasa, raja yang tinggal di istana yang megah, memiliki pasukan khusus, kaya raya dan hidupnya mewah. Apa lagi sekarang ini di negeri kita banyak yang ingin menjadi raja-raja kecil. Semua orang ingin berkuasa, ingin dihormati, ingin menguasai orang lain dengan menunjukkan bahwa dirinya satu-satunya yang pantas menjadi raja. Dan kalau perlu setelah berkuasa, memerintah dengan tangan besi untuk bisa mempertahankan kekuasaannya.
           Namun Yesus mempunyai pandangan yang berbeda. Ini terungkap ketika Pilatus menanyai Yesus, apa betul Ia itu raja orang Yahudi? Yesus pun mengakui bahwa Ia adalah Raja, namun keraja­an­nya bukan dari dunia sini. Raja yang wilayah kekuasaan dan pemerintahannya tidak dibatasi oleh dunia. Dia bukan raja yang akan memegang kekuasaan seperti Daud, walau memang Ia keturunan Daud. Yesus adalah Raja yang memerintah dengan cinta kasih. Yang Ia lakukan adalah membantu yang lemah dan miskin. Ia menggandakan roti untuk 5000 orang, mengusir roh jahat, menyembuhkan segala penyakit dan menghidupkan orang mati. Ia mau menjadi raja di hati setiap orang. Ia datang sebagai Raja yang membawa dan mengajarkan kebenaran ilahi kepada dunia. Ia mengajarkan agar para pemimpin tidak munafik tetapi melayani rakyatnya. Ia datang ke dunia untuk bersaksi akan kebenaran.
            Itulah sebabnya Ia menjadi penghalang bagi orang-orang yang sedang berkuasa. Tampaknya, “kebenaran” dapat membuat hati orang lain tertekan. Maka mereka menjerat-Nya dengan tuduhan palsu dan membunuh-Nya. Tetapi menarik, bahwa kebenaran ini akhirnya menang. Walau Ia dihukum mati dan Ia mati di salib, namun dengan kebangkitan-Nya, justru Yesus dijadikan Raja untuk semesta alam, yaitu Raja yang membawa kebenaran dan keadilan kepada umat manusia melalui darah-Nya. Ia menjadi Raja justru melalui penyaliban-Nya.
           Injil mewartakan Yesus sebagai Mesias dari Tuhan. Dalam arti itu, ia memiliki martabat raja. Namun demikian, wujud martabat itu bukan kecermelangan duniawi melainkan kelemahlembutan, kesederhanaan, kemampuan ikut merasakan penderitaan orang dan mengajarkan kepada orang banyak, siapa Ia itu sesungguhnya.
           Dengan merayakan Kristus Raja Semesta Alam, dirayakan juga kebesaran manusia, kebesaran martabat manusia sejati yakni manusia seperti yang dikehendaki Pencipta. Raja yang lahir dalam kemanusiaan yang sederhana, tapi yang juga mendapat perkenan Yang Maha Kuasa. Yesus menjadi Pribadi yang penuh kuasa, berwibawa dalam perkataan dan perbuatan. (Mrk 1:27; Luk 4:32; Luk 24:19). Perkataan dan perbuatan-Nya membuat orang lain menemukan kebenaran sejati, membuat banyak orang tertarik kepada-Nya dan menjadi pengikut-Nya. (FX.Mgn)