SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 22 Maret 2010

RAJA YANG RENDAH HATI DAN MAU MENDERITA DEMI KITA



MG PALMA (C)
Minggu Sengsara
Hari Minggu, 28 Maret 2010 

Yes 50:4-7;
Flp 2:6-11;
Luk 22:14-23:56 
atau 23:1-49

Betapa kesal dan marah hati kita, bila tidak bersalah tetapi dipaksa mengaku salah dan berurusan dengan pengadilan?

Hal ini terjadi pada diri Yesus yang dihadapkan kepada Pilatus untuk diadili. Yesus tidak bersalah tetapi harus mengaku salah, dituduh menghasut rakyat dengan ajaran-ajaran-Nya. Walau tidak terbukti bersalah tetapi karena desakan orang banyak Ia harus menghadapi hukuman mati dan memanggul salib, mendapat siksaan, cercaan, cambuk duri dan dicemooh, dihujat serta diludahi. Yesus diperlakukan sebagai penjahat tetapi Ia tidak marah dan kesal, tetapi hanya diam.
Ia sebenarnya Raja yang sangat rendah hati yang cukup dengan berkendara keledai, namun Ia dielu-elukan rakyat dengan lambaian daun palma. Ia serupa dengan Allah, tetapi Ia telah menghampakan diri-Nya sebagai seorang hamba. Bahkan Ia merendahkan diri dan taat sampai mati. Mati di kayu salib. Ia adalah Raja yang rela menerima hukuman mati di kayu salib karena kecintaan-Nya kepada manusia. Semua yang Ia lakukan demi keselamatan manusia. Ia menebus dunia dan mempersatukan umat manusia menjadi kawanan yang amat disayangi-Nya.
Dari sebab itu Yesus diagungkan Allah dan dianugerahkan nama yang paling luhur, agar  semua makhluk di surga, di bumi dan di bawah bumi, tunduk dan hormat kepada-Nya. Supaya semua orang mengakuinya, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, untuk memuliakan Allah Bapa.

Benarkah kita masih mengakui bahwa Dia adalah Raja, bila kita mengalami perlakuan yang serupa dengan yang dialami Yesus? Mungkinkah malah makin ”kuncup” hati kita? Tidak!
Bila kita memperhatikan perkataan kepala pasukan yang berdiri dekat Dia disalib, kepala pasukan itu memberi kesaksian bahwa: ”Sungguh, orang ini adalah orang suci.” Dari situ kita semua mesti berbangga, bahwa benar Ia adalah Putra Allah. Dia yang menyertai kita, ketika kita memikul salib penderitaan hidup. Dia yang mampu memberi semangat untuk bangkit kembali bila kita jatuh. Di mana kita hidup dalam suasana penderitaan, sering mengalami tuduhan-tuduhan palsu karena kebencian dan iri hati, mengalami ketidakadilan sosial karena semua orang hanya menomorsatukan harta dan haus kekuasaan.

Marilah dalam keadaan seperti sekarang ini kita tetap percaya dan mempercayakan diri kepada Dia yang selalu memberi solusi ketika hati kita ”kuncup” karena ketakutan menghadapi pencobaan, sambil berucap: ”Sungguh, Dia itu putra Allah.” Dialah Tuhan yang selalu beserta kita. (FX. Mgn)